Lahirnya Nabi Muhmmad SAW bertepatan pada
hari senin 12 Robiul Awal tahun Fill (gajah) atau 20 April masehi di kota Mekah, ibunya
bernama Siti Farimah dan ayahnya bernama Abdullah bin abdul Muthalib, keturunan
dari suku Arab Qurais, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah karena
pada tahun itu bersamaan dengan datangnya pasukan Abrahah dari negeri Habsyi
menuju ke negeri yaman yang mengendarai Gajah untuk menghancurkan Ka’bah di
kota Mekah, akan tetapi sebelum pasukan Abrahah merusak Ka’bah maka di perintah
burung-burung yang membawa batu kecil untuk membinasakan Abarahah dan
pasukanya.
Sebagaimana sudah menjadi
kebiasaan bangsawan-bangsawan Arab di
Mekah. Adat demikian
ini masih berlaku
pada bangsawan-bangsawan
Mekah. Pada hari
kedelapan sesudah
dilahirkan anak itupun
dikirimkan ke pedalaman
dan baru kembali pulang ke kota
sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun.
Di kalangan kabilah-kabilah pedalaman yang terkenaldalam menyusukan ini
di antaranya ialah kabilah
Banu Sa'd. Sementara masih
menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada
Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu
Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga
kemudian disusukannya. Jadi mereka adalah
saudara susuan. Sekalipun
Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, Akan tetapi Halimah bint
Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak Muhammad, seperti yang lain-lain juga,
ternyata tidak mendapat bayi lain sebagai gantinya. Selama dua tahun Nabi Muhammad SAW
tinggal di sahara, disusukan
oleh Halimah dan diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara
dan kehidupan pedalaman yang kasar menyebabkannya cepat
sekali menjadi besar, dan
menambah indah bentuk
dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan tiba
masanya disapih, Halimah membawa
anak itu kepada
ibunya
Pada masa itu, sebelum usianya mencapai
tiga tahun, ketika itulah terjadi
cerita yang banyak dikisahkan
orang. Yakni,bahwa sementara ia
dengan saudaranya yang
sebaya sesama anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd
itu kembali pulang sambil berlari, dan berkata
kepada ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu
telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju
putih. Dia dibaringkan, perutnya
dibedah, sambil di balik-balikan." Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan, bahwa
mengenai diri dan suaminya ia
berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya ke tempat
itu. Kami jumpai
dia sedang berdiri.
Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami
tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh
dua orang laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan,
lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa
yang mereka cari." Halimah dan suaminya kembali pulang kerumah. Orang itu
sangat ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah itu, dibawanya anak
itu kembali kepada
ibunya di Mekah.
Sesudah
lima tahun, kemudian Nabi Muhmmad SAW
kembali kepada ibunya. Dikatakan juga, bahwa Halimah pernah mencari tatkala ia
sedang Sesudah cukup sebulan mereka
tinggal di Medinah, Aminah sudah
bersiap-siap akan pulang.
Ia dan rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta
yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah perjalanan,
ketika mereka sampai
di Abwa',2 ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan
dikuburkan pula di tempat itu.
Kenangan yang memilukan hati ini
barangkali akan terasa agakmeringankan juga sedikit, sekiranya
Abd'l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua itu
juga meninggal, dalam usia delapan puluh tahun, sedang Muhammad
waktu itu baru berumur delapan tahun.
Sekali lagi Nabi Muhmmad SAW
dirundung kesedihan karena kematian kakeknya Pengasuhan Muhammad di
pegang oleh Abu Talib, mencintai kemenakannya itu sama seperti Abd'l-Muttalib juga. Karena
kecintaannya itu ia mendahulukan
kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur,
cerdas, suka berbakti dan baik hati,
itulah yang lebih menarik hati pamannya. Pernah pada suatu
ketika ia akan pergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baru
duabelas tahun -
mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan
olehnya akan membawa Nabi Muhmmad SAW. Akan tetapi Nabi Muhmmad SAW yang dengan
ikhlas menyatakan akan menemani pamannya itu,
itu juga yang
menghilangkan sikap ragu-ragu
dalam hati Abu Talib.
Anak itu
lalu turut serta
dalam rombongan kafilah, hingga sampai di Bushra di sebelah
selatan Syam. Dalam
buku-buku riwayat hidup Nabi Muhmmad SAW
diceritakan, bahwa dalam perjalanan
inilah ia bertemu dengan rahib Bahira,
dan bahwa rahib
itu telah melihat tanda-tanda
kenabian padanya sesuai
denganpetunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber menceritakan, bahwa rahib
itu menasehatkan keluarganya
supaya jangan terlampau dalam
memasuki daerah Syam,
sebab dikuatirkan
orang-orang Yahudi yang
mengetahui tanda-tanda itu
akan berbuat jahat terhadap dia.
Setelah Nabi Muhammad SAW
dewasa ia mulai berdagang dengan mengikuti Khatijah. Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Nabi Muhammad SAW mampu benar memperdagangkan barang-barang
Khadijah, dengan cara perdagangan yang lebih banyak menguntungkan dari pada yang dilakukan orang
lain sebelumnya. Dalam
waktu singkat saja
kegembiraan Khadijah ini telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia
- yang sudah berusia empatpuluh tahun,
tertarik juga hatinya mengawini Nabi Muhmmad SAW.