Jumat, 21 April 2017

Lahirnya Rasulullah SAW



Lahirnya Nabi Muhmmad SAW bertepatan pada hari senin 12 Robiul Awal tahun Fill (gajah)  atau 20 April masehi di kota Mekah, ibunya bernama Siti Farimah dan ayahnya bernama Abdullah bin abdul Muthalib, keturunan dari suku Arab Qurais, tahun kelahiran Nabi Muhammad SAW disebut tahun gajah karena pada tahun itu bersamaan dengan datangnya pasukan Abrahah dari negeri Habsyi menuju ke negeri yaman yang mengendarai Gajah untuk menghancurkan Ka’bah di kota Mekah, akan tetapi sebelum pasukan Abrahah merusak Ka’bah maka di perintah burung-burung yang membawa batu kecil untuk membinasakan Abarahah dan pasukanya.
Sebagaimana sudah menjadi kebiasaan  bangsawan-bangsawan  Arab di    Mekah.    Adat   demikian   ini   masih   berlaku   pada bangsawan-bangsawan  Mekah.  Pada   hari   kedelapan   sesudah dilahirkan  anak  itupun  dikirimkan  ke  pedalaman  dan  baru kembali pulang ke kota sesudah ia berumur delapan atau sepuluh tahun.  Di  kalangan  kabilah-kabilah  pedalaman yang terkenaldalam menyusukan ini di antaranya  ialah  kabilah  Banu  Sa'd. Sementara masih menunggu orang yang akan menyusukan itu Aminah menyerahkan anaknya kepada Thuwaiba, budak perempuan pamannya, Abu  Lahab. Selama beberapa waktu ia disusukan, seperti Hamzah yang juga kemudian disusukannya. Jadi  mereka  adalah  saudara susuan. Sekalipun  Thuwaiba hanya beberapa hari saja menyusukan, Akan tetapi Halimah bint Abi-Dhua'ib yang pada mulanya menolak Muhammad, seperti yang lain-lain juga, ternyata tidak mendapat bayi  lain  sebagai gantinya. Selama dua tahun Nabi Muhammad SAW tinggal di  sahara,  disusukan  oleh Halimah  dan  diasuh oleh Syaima', puterinya. Udara sahara dan kehidupan pedalaman yang  kasar  menyebabkannya  cepat  sekali menjadi  besar,  dan  menambah  indah  bentuk  dan pertumbuhan badannya. Setelah cukup dua tahun dan  tiba  masanya  disapih, Halimah  membawa  anak  itu  kepada  ibunya 
Pada masa itu, sebelum usianya  mencapai  tiga  tahun,  ketika itulah  terjadi  cerita  yang banyak dikisahkan orang. Yakni,bahwa sementara ia dengan saudaranya yang sebaya sesama anak-anak itu sedang berada di belakang rumah di luar pengawasan keluarganya, tiba-tiba anak yang dari Keluarga Sa'd itu  kembali  pulang sambil berlari, dan berkata kepada ibu-bapanya: "Saudaraku yang dari Quraisy itu telah diambil oleh dua orang laki-laki berbaju putih. Dia dibaringkan, perutnya dibedah, sambil di balik-balikan." Dan tentang Halimah ini ada juga diceritakan,  bahwa  mengenai diri  dan suaminya ia berkata: "Lalu saya pergi dengan ayahnya ke  tempat  itu.  Kami  jumpai  dia  sedang  berdiri.  Mukanya pucat-pasi. Kuperhatikan dia. demikian juga ayahnya. Lalu kami tanyakan: "Kenapa kau, nak?" Dia menjawab: "Aku didatangi oleh dua  orang  laki-laki berpakaian putih. Aku di baringkan, lalu perutku di bedah. Mereka mencari sesuatu di dalamnya. Tak tahu aku apa yang mereka cari." Halimah dan suaminya kembali pulang kerumah. Orang itu sangat ketakutan, kalau-kalau anak itu sudah kesurupan. Sesudah itu, dibawanya  anak  itu  kembali  kepada  ibunya  di  Mekah.
Sesudah  lima  tahun, kemudian Nabi Muhmmad SAW kembali kepada ibunya. Dikatakan juga, bahwa Halimah pernah mencari tatkala ia sedang  Sesudah cukup sebulan mereka tinggal di Medinah, Aminah  sudah bersiap-siap  akan  pulang.  Ia  dan  rombongan kembali pulang dengan dua ekor unta yang membawa mereka dari Mekah. Tetapi di tengah  perjalanan,  ketika  mereka  sampai  di Abwa',2 ibunda Aminah menderita sakit, yang kemudian meninggal dan dikuburkan pula di tempat itu.
Kenangan yang memilukan hati ini barangkali akan  terasa  agakmeringankan juga sedikit, sekiranya Abd'l-Muttalib masih dapat hidup lebih lama lagi. Tetapi orang tua  itu  juga  meninggal, dalam  usia delapan puluh tahun, sedang Muhammad waktu itu baru berumur  delapan  tahun.  Sekali  lagi Nabi Muhmmad SAW dirundung kesedihan karena kematian kakeknya Pengasuhan Muhammad di pegang oleh Abu  Talib,  mencintai kemenakannya itu sama   seperti Abd'l-Muttalib juga. Karena kecintaannya itu  ia mendahulukan kemenakan daripada anak-anaknya sendiri. Budi pekerti Muhammad yang luhur, cerdas, suka berbakti dan baik hati,  itulah  yang lebih  menarik hati pamannya. Pernah pada suatu ketika ia akan pergi ke Syam membawa dagangan - ketika itu usia Muhammad baru duabelas  tahun  -  mengingat sulitnya perjalanan menyeberangi padang pasir, tak terpikirkan olehnya akan  membawa  Nabi Muhmmad SAW. Akan  tetapi Nabi Muhmmad SAW yang  dengan  ikhlas  menyatakan  akan menemani pamannya  itu,  itu  juga  yang  menghilangkan  sikap ragu-ragu dalam hati Abu Talib.
Anak  itu  lalu  turut  serta  dalam rombongan kafilah, hingga sampai di Bushra di  sebelah  selatan  Syam.  Dalam  buku-buku riwayat  hidup  Nabi Muhmmad SAW  diceritakan,  bahwa dalam perjalanan inilah ia bertemu dengan rahib Bahira,  dan  bahwa  rahib  itu telah  melihat  tanda-tanda  kenabian  padanya  sesuai  denganpetunjuk cerita-cerita Kristen. Sebagian sumber  menceritakan, bahwa   rahib   itu  menasehatkan  keluarganya  supaya  jangan terlampau  dalam  memasuki  daerah  Syam,  sebab   dikuatirkan orang-orang   Yahudi  yang  mengetahui  tanda-tanda  itu  akan berbuat jahat terhadap dia.
Setelah Nabi Muhammad SAW dewasa ia mulai berdagang dengan mengikuti Khatijah. Dengan kejujuran dan kemampuannya ternyata Nabi Muhammad SAW mampu benar  memperdagangkan  barang-barang  Khadijah,  dengan  cara perdagangan yang  lebih  banyak  menguntungkan dari pada yang dilakukan orang lain sebelumnya. Dalam waktu singkat saja  kegembiraan  Khadijah  ini  telah berubah menjadi rasa cinta, sehingga dia - yang sudah  berusia empatpuluh  tahun,  tertarik  juga hatinya  mengawini  Nabi Muhmmad SAW.